Berapa Jumlah Realitas Sejati? Dan Mengapa Realitas Sejati Tak Pernah Nampak?

Posted on 25 July 2025 by Mohammad Ali Hasan Amiruddin — 2 min

Realitas sejati memiliki karakteristik yang bertolak belakang dengan realitas temporal (empiris). Jika realitas temporal berjumlah banyak dengan nilai yang relatif, maka realitas sejati hanya satu dan memiliki nilai absolut.

Mengapa aku langsung mengambil kesimpulan seperti itu?

Jika realitas sejati berjumlah lebih dari satu, maka persepsi dari masing-masing realitas sejati tersebut akan saling membatasi nilai dari satu sama lain. Sehingga pada akhirnya, masing-masing dari realitas sejati tersebut tidak akan pernah memiliki nilai yang absolut. Jika masing-masing dari realitas sejati tersebut sudah tidak punya nilai yang absolut, maka klaim ā€œrealitas sejatiā€ dari masing-masing pihak runtuh dengan sendirinya.

Ini mirip dengan sebuah kerajaan yang memiliki lebih dari satu raja. Apakah mungkin? Tentu tidak mungkin! Jika sebuah kerajaan punya lebih dari satu raja, maka setiap raja yang ada tak akan pernah benar-benar menjadi raja. Karena masing-masing raja akan saling mengawasi satu sama lain. Itu artinya, setiap dari mereka bukanlah raja yang asli. Dan jika setiap dari mereka bukan raja yang asli, berarti masing-masing dari mereka adalah raja palsu. Dan kita semua tahu, bahwa raja palsu sama sekali bukan raja!

Bagaimana dengan paradoks realitas sejati?

Itu juga tak mungkin. Jika ada dua kerajaan: yang satu dipimpin oleh Raja ChatGPT, dan yang lain dipimpin oleh Raja Gemini, maka kedua raja tersebut sama sekali bukan raja. Karena definisi raja yang sebenarnya menuntut kekuasaan yang absolut—yang melebur semua kerajaan menjadi satu—dan itu hanya mungkin jika hanya ada satu raja, tanpa adanya raja lain. Jadi, paradoks realitas sejati runtuh secara logika.

Lalu, mengapa realitas sejati tak pernah nampak?

Jawabannya: bukannya tidak nampak, tapi karena kapasitas pengamatan kita yang sangat terbatas. Ini seperti kita ingin menyaksikan realitas dari inti matahari. Kita tak akan pernah mungkin melihatnya! Bahkan untuk melihat permukaan matahari secara langsung dari jarak satu meter pun juga sangat mustahil.

Siapa sebenarnya realitas sejati?

Jika aku harus menyebut realitas sejati dengan nama lain, maka aku akan menyebutnya dengan nama: Tuhan. Karena Tuhan-lah yang paling pas dengan definisi realitas sejati: tunggal, dengan kekuasaan tak terbatas—alias absolut.

Itulah sebabnya pluralitas konsep ketuhanan dalam banyak agama secara logis tidak dapat diterima. Sementara Islam, dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa, menawarkan satu-satunya narasi yang konsisten dengan logika realitas sejati.