Kebodohan bukan karena kurang pengetahuan, tapi karena menolak kebenaran

Posted on 31 July 2025 by Mohammad Ali Hasan Amiruddin 1 min

Seorang peminum tak dapat berhenti mabuk bukan karena ia tak tahu dampak buruk minuman keras. Ia hanya lebih suka menolak kebenaran itu hingga fisiknya benar-benar rusak dan tak tertolong.

Begitulah kebodohan. Keberadaannya bukan karena tak adanya pengetahuan, melainkan karena pengetahuan tersebut diabaikan demi kepentingan ego. Kita sebagai manusia, selalu punya kesempatan yang sama untuk menjadi bodoh atau pintar. Kepintaran bukanlah produk berpikir yang instan. Ini justru tentang konsistensi dalam mengikuti suatu kebenaran, meski kebenaran itu bertentangan dengan ego.

Sejarah telah mencatat bahwa ada manusia yang menjadi tuhan hanya karena ia merasa paling berkuasa —Fir’aun. Dan merasa paling berkuasa sama sekali berbeda dengan punya kekuasaan penuh. Itulah ego, parameter dalam diri kita, yang bisa menyebabkan kita buta terhadap realitas sejati kita: manusia.

Kepintaran manusia ditentukan oleh ketepatan pilihannya dalam bersikap, bukan oleh argumennya semata. Hidup ini bukan jurnal ilmiah. Hidup ini adalah praktik kebenaran. Dan bagiku, kebenaran tertinggi bukanlah hasil konsensus ilmiah, melainkan apa yang berada di luar jangkauan rasionalitas kita: Qur’an.